PEMILIHAN Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) dalam Konferensi Cabang (Konfercab) III berlangsung penuh emosi dan drama.
Setelah melalui perdebatan panjang serta pertimbangan yang berat, akhirnya Sahrul Polapa ditetapkan sebagai pemimpin baru organisasi tersebut.
Namun, konfercab kali ini tidak sekadar memilih ketua baru. Ada perasaan berat dari seluruh anggota Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Bolsel yang harus merelakan kepemimpinan Fadli Tuliabu berakhir.
Sosok yang selama ini diinginkan untuk terus memimpin, terpaksa harus mundur karena terbentur aturan organisasi.
Sahrul Polapa: Saya Tak Akan Bisa Seperti Fadli Tuliabu
Dalam sambutannya usai terpilih, Sahrul Polapa mengungkapkan rasa kecewa atas situasi yang terjadi.
Ia menegaskan bahwa kepemimpinan Fadli Tuliabu telah membawa Ansor Bolsel menjadi salah satu organisasi kepemudaan paling aktif di Sulawesi Utara.
“Saya tidak akan mampu dan tak bisa melebihi kepemimpinan Ketua Fadli Tuliabu sebelumnya. Ansor bisa sebesar ini berkat perjuangan dan keikhlasan beliau,” ujar Sahrul.
Ia pun berharap seluruh kader Ansor dan Banser tetap solid serta memberikan dukungan penuh agar ia bisa menjalankan amanah dengan baik.
Terhalang Batas Usia, Fadli Tuliabu Tak Bisa Lanjutkan Kepemimpinan
Dari pantauan media, suasana pemilihan berlangsung haru. Mayoritas anggota masih menginginkan Fadli Tuliabu untuk kembali memimpin.
Namun, aturan organisasi menyatakan bahwa calon ketua harus berusia di bawah 40 tahun. Sementara, Fadli yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi III DPRD Bolsel telah berusia 44 tahun.
Kondisi ini membuat banyak kader merasa kehilangan sosok pemimpin yang selama ini dinilai berhasil membawa Ansor Bolsel berkembang pesat.
Kini, dengan kepemimpinan baru di bawah Sahrul Polapa, harapan besar tertumpu pada kesinambungan program yang telah dirintis sebelumnya.
Tantangan ke depan tentu tidak mudah, namun dengan kekompakan dan semangat kebersamaan, GP Ansor Bolsel diyakini akan terus maju. (Rmd)