KEPOLISIAN Resor (Polres) Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) kembali menjadi buah bibir, kali ini dengan nada yang kurang mengenakkan. Di bawah komando AKBP Indra Wahyudi Majid, kepercayaan masyarakat terhadap institusi ini kian tergerus. Berbagai insiden yang mencoreng integritas dan kredibilitas kepolisian terus bermunculan, seolah menegaskan adanya persoalan mendalam yang harus segera ditangani.
Kasus terbaru yang mencuat hari ini menjadi sorotan publik bak “bom waktu” yang meledak di Mapolres Bolsel. Seorang tokoh masyarakat dari Desa Tolondadu II, Rianto Mooduto, mengungkapkan dugaan pemerasan yang dilakukan oleh oknum anggota Polres Bolsel terhadap keluarganya. Kasus ini berkaitan dengan pertikaian yang melibatkan adiknya, Herman Mooduto.
Menurut penuturan Rianto, pertikaian yang terjadi dua bulan lalu antara Herman dan Diki Santingi sebenarnya telah diselesaikan secara damai di tingkat desa. Kedua belah pihak telah sepakat untuk mencabut laporan dan memperoleh surat pengantar dari desa. Namun, bukannya menuntaskan perkara sesuai kesepakatan, seorang oknum polisi justru meminta uang sebesar Rp12.500.000 kepada keluarga Herman sebagai syarat pencabutan laporan, dengan alasan bahwa berkas kasus tersebut sudah dilimpahkan ke kejaksaan.
“Kami awalnya diminta Rp. 20 juta, namun setelah negosiasi, disepakati Rp12.500.000. Padahal, korban hanya meminta kompensasi Rp2,5 juta yang sudah kami bayarkan,” ungkap Rianto dengan nada kecewa. Ia mengaku kaget dan kecewa ketika mengetahui bahwa kakaknya diam-diam menyerahkan uang tersebut kepada oknum polisi tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Kejanggalan semakin mencuat ketika Rianto mencoba memastikan status kasus ini ke kejaksaan. Hasilnya, pihak kejaksaan justru membantah pernah menerima pelimpahan berkas kasus tersebut. “Kami sudah meminta bantuan seorang saudara yang memiliki hubungan dengan kejaksaan untuk mengecek, dan ternyata kasus adik saya tidak pernah dilimpahkan ke sana,” tegasnya dengan penuh kekecewaan.
Sementara itu, Kasie Humas Polres Bolsel, Ipda Ahmad Walinelo, ketika dihubungi untuk dimintai konfirmasi mengenai dugaan ini, tidak memberikan respon meski terlihat aktif di aplikasi WhatsApp. Sikap bungkam ini semakin menambah kecurigaan publik akan adanya sesuatu yang tidak beres dalam tubuh Polres Bolsel.
Kehilangan barang bukti dalam kasus tambang ilegal, yang disusul dengan dugaan pemerasan terhadap masyarakat, menegaskan lemahnya pengawasan dan integritas di bawah kepemimpinan AKBP Indra Wahyudi Majid. Masyarakat pun bertanya-tanya, apakah ini sekadar ketidakmampuan dalam menjalankan tugas atau ada indikasi kesengajaan untuk melindungi praktik-praktik yang tidak terpuji?
Masyarakat kini menuntut langkah tegas dan transparansi dari pihak kepolisian. Harapan besar juga disematkan pada intervensi dari pihak yang lebih tinggi untuk membersihkan institusi ini dari oknum-oknum nakal yang merusak citra kepolisian di Bolsel. ***