LOKAKARYA internasional yang membahas pengolahan kelapa sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani di sekitar Koridor Hidupan Liar Tanjung Binerean, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), resmi ditutup pada Sabtu 16 November 2024.
Acara yang berlangsung di Hotel Sutan Raja Kotamobagu ini ditutup oleh Asisten II Sekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan, M. Ichsan Utiah, SH.
“Harapan kami, kegiatan ini mampu menjadi pemantik inovasi bagi para petani kelapa di wilayah sekitar koridor konservasi, sehingga nilai produk kelapa bisa lebih optimal,” ujar Ichsan dalam sambutannya.
Lokakarya ini merupakan bagian dari proyek konservasi lingkungan bertajuk “Coconut for Maleo” yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Bolsel dan Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP). Proyek ini juga menjadi bentuk sinergi dengan NAM CSSTC dan International Coconut Community (ICC).
Saat membuka kegiatan pada Selasa (12/11/2024), Penjabat Bupati Bolsel, Tahlis Gallang, SIP, MM, menekankan pentingnya kolaborasi antara konservasi dan ekonomi berkelanjutan. “Tanjung Binerean adalah habitat burung Maleo, satwa endemik yang dilindungi. Di sisi lain, perkebunan kelapa di wilayah ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Sulawesi Utara,” jelasnya.
Lokakarya yang berlangsung selama empat hari ini mengundang pakar internasional, termasuk Mrs. Sarapee Yuadyong dari Chiwadii Thailand dan Asep Jember Mulyana dari Cocoha Industry. Hadir pula narasumber dari WCS-IP, BSIP Manado, BKSDA Sulut, serta Direktur NAM CSSTC Diar Nurbiantoro dan Executive Director ICC, Mrs. Jelfina Alouw, Ph.D.
Peserta lokakarya terdiri dari petani kelapa di sekitar Tanjung Binerean, perangkat daerah, Camat Pinolosian Tengah, investor kelapa, Ketua Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE), serta perwakilan dari Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, BKSDA Sulut, dan BSIP Perkebunan.
Materi yang diberikan meliputi inovasi pengolahan kelapa, pengembangan produk turunan, hingga cara memecahkan permasalahan teknis yang sering dihadapi petani di lapangan. Pada sesi akhir, peserta diajak melakukan kunjungan lapangan ke perkebunan kelapa di Koridor Tanjung Binerean untuk mempraktikkan pengetahuan yang diperoleh.
Lokakarya ditutup dengan diskusi mendalam mengenai hasil-hasil pelatihan dan field trip. Sesi ini menjadi ajang bertukar pikiran antara petani, narasumber, dan pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari perayaan Hari Maleo Sedunia yang jatuh pada 21 November mendatang, sekaligus menegaskan komitmen Bolsel dalam mengintegrasikan pelestarian lingkungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan berakhirnya lokakarya ini, diharapkan para petani kelapa di Bolsel dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh untuk mengembangkan potensi lokal yang berbasis keberlanjutan. “Ini bukan sekadar kegiatan, tapi langkah konkret menuju transformasi ekonomi petani kelapa,” pungkas Ichsan Utiah. Adv