DIMAS Marada, pemuda berusia 25 tahun asal Desa Popodu, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, menjadi korban kekerasan yang melibatkan seorang oknum polisi. Insiden tersebut terjadi pada 27 Juli 2024 di Desa Pintadia, Kecamatan Bolaang Uki.
Menurut keterangan Dimas kepada media, saat itu ia sedang menjalankan tugas untuk membeli voucher data internet sesuai permintaan orang tuanya. Di tengah perjalanan, ia berhenti di warung Desa Pintadia untuk memenuhi permintaan temannya yang memintanya membeli rokok. Tiba-tiba, tanpa ada peringatan, seorang polisi berinisial Risto menghampirinya.
“Saat saya masih berada di atas motor, tiba-tiba oknum polisi itu memukul punggung saya,” ujar Dimas.
Dimas menambahkan bahwa Risto tampak dalam keadaan mabuk, tercium bau minuman keras jenis Cap Tikus dari tubuhnya. Meski terkejut dan marah, Dimas memilih untuk menjauh. Namun, sebelum ia sempat pergi, Risto kembali memukulnya di leher.
“Saya memutuskan untuk segera pergi bersama teman saya, tetapi sebelum kami meninggalkan tempat, Risto bahkan sempat menunjukkan sikap tidak pantas dengan mengeluarkan lidahnya,” tambahnya.
Setelah pulang ke rumah, Dimas menceritakan kejadian tersebut kepada teman-temannya. Mereka kemudian kembali ke warung di Desa Pintadia, di mana Risto masih berada. Situasi semakin memanas ketika Risto menantang mereka untuk bertengkar, namun polisi itu akhirnya melarikan diri dengan langkah terhuyung-huyung.
“Belum sempat terjadi pertengkaran, polisi itu sudah melarikan diri dengan kondisi celana yang hampir copot,” kata Dimas.
Malam itu juga, Dimas bersama teman-temannya melapor ke Polsek Bolaang Uki. Namun, laporan mereka tidak mendapat tanggapan memadai karena petugas piket mengatakan Provos tidak berada di kantor dan sulit dihubungi.
Beberapa hari kemudian, anggota Polres Bolsel datang untuk meminta keterangan dari Dimas dan teman-temannya. Ironisnya, Dimas justru dilaporkan balik oleh oknum polisi tersebut.
“Saya sangat kecewa karena foto kami diambil dan dipublikasikan di akun Facebook Resmob Bolsel, padahal kami adalah korban,” ujar Dimas dengan penuh penyesalan.
Kasus ini kini menunggu tindakan lebih lanjut dari pihak berwenang untuk memastikan keadilan bagi Dimas dan menangani oknum polisi yang terlibat. ***