MAPOLRES Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) kembali menjadi sorotan publik. Insiden terbaru yang mengemuka mengindikasikan adanya krisis kepemimpinan yang serius serta ketidaksolidan di tubuh kepolisian setempat.
Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan pengeluaran Wakil Kapolres (Wakapolres) Bolsel, Kompol Melky Sedik Makawaehe, dari grup WhatsApp resmi Polres Bolsel. Yang lebih mengejutkan, tindakan ini dilakukan oleh Ipda Yoan Potabuga, seorang perwira dengan pangkat lebih rendah. Kejadian ini jelas menunjukkan adanya ketegangan yang tidak sehat di antara para petinggi kepolisian Bolsel.
Grup WhatsApp yang seharusnya menjadi sarana komunikasi internal yang efektif, justru menjadi arena konflik yang memperlihatkan kurangnya profesionalisme dan etika di dalam organisasi. Sikap Ipda Yoan Potabuga ini banyak dipandang sebagai refleksi dari masalah yang lebih mendalam terkait krisis kepemimpinan di Polres Bolsel.
Menurut informasi dari seorang sumber yang memilih tetap anonim, insiden ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Ia menggambarkan kejadian ini sebagai puncak dari rangkaian peristiwa yang menunjukkan adanya ketidakselarasan antara pimpinan dan anggota Polres Bolsel.
“Pengeluaran Wakapolres dari grup WhatsApp adalah bukti nyata dari ketidaksolidan serta krisis kepemimpinan yang tengah melanda Polres Bolsel,” ujarnya.
Sumber tersebut menambahkan bahwa internal Polres kini telah terpecah menjadi kubu-kubu yang saling berseberangan. “Orang yang dekat dengan Kapolres mendapatkan perlakuan lebih baik, sementara yang tidak akrab harus menanggung akibatnya,” lanjutnya dengan nada prihatin.
Sikap yang ditunjukkan oleh Ipda Yoan Potabuga, yang dinilai tidak menunjukkan etika serta kedewasaan dalam berorganisasi, semakin memperpanjang daftar masalah internal yang membutuhkan penanganan segera. Para pengamat menilai bahwa insiden ini merupakan tantangan serius bagi Mapolres Bolsel dalam menjaga keharmonisan dan etika kerja di antara personelnya.
Sejumlah pihak telah angkat bicara, menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan di Mapolres Bolsel. Salah satu aktivis yang ikut bersuara adalah Parindo Potabuga, yang menilai bahwa krisis ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dan harus segera mendapat perhatian dari otoritas di tingkat provinsi.
“Ini adalah tanda jelas bahwa ada masalah mendasar dalam kepemimpinan dan budaya organisasi di Polres Bolsel. Kami mendesak pimpinan kepolisian di tingkat provinsi untuk segera turun tangan dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap situasi ini,” tegas Parindo.
Di sisi lain, Kabag Humas Polres Bolsel, Ipda Walinelo Ahmad, saat dimintai keterangan mengenai status Kompol Melky Sedik Makawaehe, mengonfirmasi bahwa yang bersangkutan masih menjabat sebagai Wakapolres. “Masih pak,” jawabnya singkat.
Dengan situasi yang semakin memanas, banyak pihak berharap agar Kapolda Sulawesi Utara segera turun tangan untuk meredakan ketegangan yang ada serta memastikan bahwa Polres Bolsel kembali solid dan profesional dalam menjalankan tugasnya. ***